24.12.20

One Day In : Temanggung Bersenyum

 Dari Magelang saya mencoba mencari kota kecil yang emang belum pernah saya kunjungi sebelumnya, ternyata ketika saya memutuskan untuk menuju Dieng Wonosobo, saya melewati kota kecil yang bikin penasaran : Temanggung. Di kemudian hari saya coba cari tahu tuh, ada gak makanan otentik ataupun tempat asyik yang bisa dikunjungi? Ternyata ada banget! So, kalau kamu berencana untuk keliling Jawa Tengah plis jangan sampe melewatkan Temanggung ya. Berikut pengalaman saya waktu solo riding ke Temanggung beberapa bulan yang lalu. Cukup lucu sih slogan kota kecil ini : Temanggung Bersenyum :)

[caption id="attachment_3099" align="alignnone" width="1306"] Temanggung Bersenyum :)[/caption]

Sarapan di Warung Jadul yang sudah ada sejak era 1800-an

Dari Magelang menuju Warung Jadul ini saya menghabiskan 45 menit perjalanan, ternyata cukup deket kok dan berada di pusat kota. Waktu itu kisaran jam setengah sembilan pagi, jadi emang top buat sarapan. Saat itu barengan sama banyak pekerja-pekerja yang mayoritas laki-laki mulai muda sampai tua berkumpul disini untuk sekedar nyemil atau minum kopi dan teh ataupun sarapan nasi.

[caption id="attachment_3100" align="alignnone" width="1600"] homie![/caption]

Langsung disambut senyum si embah berkebaya yang manis, saya langsung duduk di hadapan toples jadul berisi jajanan dan gorengan. Katanya sih yang jadi favorit masyarakat Temanggung adalah nasi tongkol si embah, oke mbah, mau itu sepiring ya! Selain pesen nasi tongkol saya juga pesen teh gula arennya. So yummiiiw!

[gallery columns="2" size="full" ids="3104,3103"]

[gallery columns="2" size="full" ids="3102,3101"]

Menu disini ya menu makanan rumahan ala jawa lah ya, nasi sayur dengan lauk pauk kaya ikan-ikanan, telur, ataupun tahu tempe. Nah, kalo jajanan nya sih emang beragam seperti onde-onde, arem-arem, timus, glangem, klemet, opak, dan jajanan pasar lainnya. Cucok lah buat temen ngopi atau ngeteh sambil bersantai. Suasana warung nya emang jadul dan homie, gak heran ketika kesana selalu rame. Ketika tanya si embah, ternyata emang bener warung ini sudah ada sejak era londo atau di era tahun 1800-an. Wew. Nih daftar harga lengkapnya ya

Lanskap Mempesona Embung Kledung : Sumbing Sindoro yang saling berhadapan

Setelah kenyang, langsung caw melanjutkan perjalanan. Dari Temanggung saya langsung menuju ke Embung Kledung yang saya temui dari blog-blog, kelihatannya menarik. Saya lupa berapa lama waktu yang saya tempuh waktu itu karna emang banyak berhenti nya buat ngelihatin gunung-gunung cakep sepanjang perjalanan. Ternyata lokasi Embung Kledung ini ada di area perbatasan Temanggung sama Wonosobo, geser dikit udah ke pindah kota kita.

Tiket buat masuk ke Embung Kledung 10.000 rupiah aja niw. Mungkin ketika pertama masuk emang viewnya biasa aja, lalu ada mas-mas bawa pakan ikan dan bikin ikan-ikan jumbo warna-warni saling berebut. Ngobrol sedikit lah kita sampai akhirnya berujung pada kenalan sama mas ini beserta rombongannya. Oh ya, di Embung Kledung cocok buat kemping cantik bareng keluarga, di area camping langsung menghadap ke gagahnya sindoro. Selalu amazed sama apa-apa yang saya temui di Jawa Tengah, pemandangannya ga pernah ga epic sepanjang perjalanan. Bahkan pernah disandingkan beberapa kali panorama Gunung Sumbing dari Embung Kledung serupa dengan Mount Fuji haha. Isoae netizen.

[caption id="attachment_3106" align="alignnone" width="1800"] Willkomen! Cakep ya Embung Kledung dengan view Sumbing[/caption]

[caption id="attachment_3109" align="alignnone" width="980"] Embung Kledung dengan view Sindoro[/caption]

Setelah chill beberapa saat karena enggak ada yang bisa dilakukan selain mengambil gambar, saya memutuskan buat ngopi bentar di pinggir jalan sambil ngeliatin Gunung Sindoro, edan indah banget emang. Lalu mampir sebentar ke Kedai Kunang-Kunang yang mana basecamp rombongan mas-mas yang saya temui di embung, baik-baik sekali disuguhi minum juga. Kalau kalian rencana muncak sumbing ataupun sindoro via kledung bisa banget mampir ke Kedai Kunang-Kunang ya!

[caption id="attachment_3108" align="alignnone" width="1306"] Terimakasih jamuannya, kalian baik sekali~[/caption]

Icip-icip Bakso Uleg Khas Temanggung

Nah, sempet mencari makanan berat yang emang Temanggung banget si nasi goreng tembakau. Karna ngerti sendiri tembakau adalah salah satu potensi terbesarnya Temanggung. Tapi ketika ditelisik langsung, yang menjual nasgor tembakau warungnya udah gada hiyaaaa! Okelah, langsung tancap gas ke Bakso Uleg yang selalu ada embel-embel “khas Temanggung” yang sering saya temui di Wonosobo ataupun Temanggung.

Ternyata bakso uleg sendiri adalah bakso dengan Lombok yang di uleg, that’s it. Hahaha tapi gapapa, pengalaman baru makan bakso dengan Lombok yang diuleg. Cukup pricey ya seporsinya kisaran 15ribu sampai 20 ribuan.

Dah, itu deh pengalaman One Day in Temanggungnya. Semoga bisa jadi rujukan~

 

23.12.20

Terfavorit tahun ini : Ngopi di atas Awan Silancur Highland!

 Berupaya buat melakukan “live blogging” saat travelling untuk meminimalisir kelupaan-kelupaan tapi nyatanya memang masih belom bisa yaa pemirsah haha. Tempo hari menulis tentang kerennya Nepal van Java alias Butuh Kaliangkrik Magelang, nah, lokasi yang satu ini engga seberapa jauh sama si Nepal Van Java dan masih satu kecamatan yaitu Silancur Highland. Bahkan, dua minggu lalu saya udah kesana lagi hahaha, terbukti dari kucing yang saya temui disana September lalu masih kecil dan kemarin kesana lagi dia udah mayan gede haha. Total udah tiga kali saya mengunjungi si Silancur ini.

Kenapa sih ke tempat yang sama berkali-kali?

Kalo bagi saya pribadi, travelling bukan seberapa banyak tempat yang kita kunjungi tapi kalo udah cocok yaa mau berkali-kali pun pasti akan saya jabanin buat menikmati suasana dan menyendiri. Kalo ga cocok atau ga worth it untuk dikunjungi lagi, tinggal cari destinasi lainnya. Simpel!

[caption id="attachment_3084" align="alignnone" width="1306"] Dat view! Silancur Highland~ Thank you timer yang turut mengabadikan momen ini meskipun miring.[/caption]

Nah, Silancur Highland ini salah satu tempat yang dari first impression-nya udah bikin saya geleng-geleng. Karena sebelumnya belum pernah dapet tempat untuk nyantai yang se epic ini dan mudah untuk dikunjungi. Berangkat jam lima pagi dari Kota Magelang, lalu cuma riding setengah jam an uda sampe disini. Bahkan, belum sampe ke tempatnya udah dapet view diatas awan dan bikin saya geleng-geleng. Indah banget cuiiii banget banget.

[caption id="attachment_3085" align="alignnone" width="980"] View di perjalanan~[/caption][caption id="attachment_3086" align="alignnone" width="1600"] The view lagiiii~[/caption][caption id="attachment_3087" align="alignnone" width="980"] Another view di perjalanan[/caption]

Info mendasarnya nih yaa, kalo dari Kota Magelang jaraknya sekitar 18 kilometer atau bisa ditempuh sekitar 30 menit menggunakan mobil ataupun motor tepatnya di Kecamatan Kaliangkrik. Bisa langsung tancap gas menuju basecamp Sumbing via Mangli ya.  Medan cukup enak, bahkan ketika menanjak pun enggak curam dan aspal mulus. Buka dari jam 5 pagi sampai matahari terbenam dengan tiket masuk 10.000 rupiah.

Sesampainya di Silancur Highland sekitar jam setengah enam, matahari baru muncul malu-malu tuh.  Untungnya saya kesini selalu weekday dan sepagi mungkin sehingga minim orang kemping, dapet view epic, dan juga minim wisatawan. Langsung cari deh tempat terbaik buat menikmati view, kalian bisa duduk menghadap lautan awan, perbukitan, ataupun view gunung sumbing. Kalo favorit saya sih jelas view gunung sumbing sembari nyeruput kopi pagi dan indomie. Puuufwerfect mowning!

[caption id="attachment_3089" align="alignnone" width="1200"] Met sarapan ol! Sederhana aja tapi nikmat alhamdulillah~[/caption][caption id="attachment_3088" align="alignnone" width="1600"] Selamat pagi Gunung Sumbing![/caption]

Sebenernya tempat apasih ini?

Bisa dibilang sih wisata swafoto yaa, banyak spot-spot foto dan juga jasa tukang foto. Banyak bebungaan, frame-frame dan tulisan-tulisan. Cuman ya itu tadi, view yang epic ditambah kita tahu kapan momen terbaik buat menikmati tempat ini jadi nilai plus bagi saya bukan sekedar tempat foto. Kalo mau camping bisa banget sewa tempat, tenda, dan perlengkapan camping lainnya. Gausa bawa bekal terlalu lebay karna warung-warung pun udah pada lengkap. Ohya, untuk toilet juga aman yaa jadi cocok buat kemping keluarga. Nih, monggo nikmati pemandanganyaaa~

[gallery columns="2" size="large" ids="3092,3091,3093,3095,3094,3090"]

Paling lama saya menghabiskan waktu disini kisaran 1,5 jam-an, ketika pengunjung mulai datang sa pamit mo pulaaang~ me time nya cukup buat recharging dan kembali ke kota hahaha. Plis harus banget jadi list kalian kalo ke Jawa Tengah ya!

31.10.20

Dusun Butuh Kaliangkrik, Nepal Van Javanya Magelang

Fyuh. Selepas dari Jogja saya melanjutkan perjalanan menuju Magelang, kota kecil yang juga sangat gak asing akan masa kecil saya. Cukup lama di Magelang dan gak berekspektasi bakal bisa berkunjung ke area-area untuk menyendiri. Eng ing eng, salah total dong, jangan ragukan keajaiban internet dan medsos. Ternyata ajibnya Magelang baru-baru ini mulai banyak diakui di wilayah pelancong Jawa Tengah dan sekitarnya khususnya kawasan Kaliangkrik. Lebih tepatnya lagi, kawasan Kaki Gunung Sumbing

Area Kaliangkrik bisa ditempuh dari tengah Kota Magelang kurang lebih 30-45 menit saja, tapi plis kalau kendaraan kalian gak memadai jangan coba-coba kesini ya curam batsss. Dusun Butuh Kaliangkrik yang mana juga merupakan salah satu basecamp pendakian menuju Gunung Sumbing via Magelang. Baru-baru ini area Dusun Kaliangkrik lumayan kondang lewat julukannya sebagai “Nepal Van Java” karena perkampungan padatnya dan juga pemandangan megahnya Gunung Sumbing dibaliknya. Memang sih terlihat lebih “Nepal” ketika foto/video dibidik lewat drone, indah banget! Tapi gada salahnya dong kalo kita kesana buat lihat lewat mata kepala sendiri hehe.

Beginilah kalau via drone
Berangkat menuju Kaliangkrik udah sore gitu sih jam empatan, ga expect bakal bisa lihat pemandangan yang gimana-gimana karna pasti udah deket sama petang. Kali ini gak sendiri, tapi sama mas karena kebetulan saya dan mas lagi sama-sama di Magelang. Jarang-jarang bro-sis ini bisa pergi bareng bahkan ketika di Malang sekalipun.

[caption id="attachment_3076" align="alignnone" width="1306"] Dari sisi tempat rahasiyaaa~[/caption][caption id="attachment_3080" align="alignnone" width="1600"] Tempat spot foto rangorang ft Gunung Sumbing yang ketutup kabut[/caption]

Memasuki kawasan Nepal Van Java kita cukup merogoh kocek 3000 rupiah saja tuntuk tiket masuk dan 2000 rupiah untuk biaya parkirnya. Beruntungnya sampai di Desa Butuh masih terang dan masih bisa ngelihat indahnya pemandangan sembari melipir ke tempat yang sepi karena di area tiket masuk dan seterusnya padat orang. Begitulah kalau kawasan udah viral yeu. Kita berdua langsung ambil gambar gak lama-lama lah, meskipun banyak yang enggak kebidik tapi emang sebagus itu! Desanya emang di atas awan!

[caption id="attachment_3078" align="alignnone" width="1600"] Beginilah~[/caption]

Setelah itu baru deh coba keliling area “Nepal Van Java”nya alias perkampungannya, terlihat Desa Butuh ini cukup kaget dalam pengelolaan wisatanya. Intinya warga sini belum begitu siap lah kalau desanya menjadi kawasan wisata dadakan terbukti dari minimnya warung dan tempat istirahat lainnya. Tapi ya gitu, ambience desanya masih sangat kental, warganya ramah-ramah banget. Kami berkeliling cukup singkat karena hari sudah mulai gelap.

[caption id="attachment_3079" align="alignnone" width="1600"] Mulai gelap dan berkabut~[/caption]

Ohya, medannya memang sebahaya itu sih buat yang pake matic, pikir-pikir lagi lah kalau kesana. Karena waktu turun udah gelap juga, kami berdua hampir blong rem sumpah gamau bayangin kejadian itu, untungnya akamsi setempat memang sigap dan dibagi tugas untuk selalu cek pengunjung ketika naik maupun turun. Setelah menunggu rem yang panas total, kami dianter akamsi sampai Pasar Kaliangkrik. Fyuhh~ 

28.10.20

Seger-Segeran di Air Terjun Kembang Soka

 Tau sendiri lah yaa kalau Jogja itu panasnya khan maen. Waktu itu merenung dan mikir, siang-siang cari yang seger-seger enak kaliyaaa. Lalu nemu lah tempat pemandian yang oke namanya Sungai Mudal, di kawasan Kulonprogo. Kalo dari pusat Jogja, sekitar satu jam perjalanan menuju area Sungai Mudal Kulonprogo ini.

[caption id="attachment_3069" align="aligncenter" width="1306"] Air Terjun Kembang Soka[/caption]

Lalu berangkatlah saya bada duhur gitu agar sampe sana siang masih terik dan enak dibuat nyebur. Bener aja emang sejam lah yaa dari Jogja, ga kurang ga lebih.  Nah, waktu itu saya ke area pintu masuk satu Sungai Mudal. Sudah mencari info pastinya sebelum berangkat, tapi kok suepi loket sampai warung.

Hmm…

Lalu ada bapak-bapak keluar warung dan bilang, tutup mbak. Lah, perasaan uda cari info kalo era new normal tetep buka, ternyata ada salah satu warga yang rumahnya dekat area loket masuk Sungai Mudal yang meninggal jadi hari itu tutup dadakan. Okelaaaah. Tapi bapak tersebut ngasi solusi, di bawah Sungai Mudal masih ada dua kawasan yang juga sumber mata air yaitu Kembang Soka dan Kedung Pedut jadi kita bisa melipir ke salah satu lokasi tersebut. Oke cauw!

[caption id="attachment_3070" align="alignnone" width="1306"] Welkamm![/caption]

Jadi urutannya itu mata air pertama (paling atas) itu Sungai Mudal, Lanjut Kembang Soka, dan paling bawah ada Kedung Pedut. Saya langsung bertolak ke Kembang Soka, lumayan rame mungkin karna Mudal lagi tutup ya. Airnya jernih, dan ada dua kolam alami tinggal pilih aja. Cuma yaa waktu itu ternyata sampe sana menjelang ashar sih, jadi mengurungkan niat buat selulup di situ karna pertimbangan waktu. Akhirnya bersantai sambil mamam indomiee!

Meskipun ga nyebur tapi uda ngerasain segernya dengan cara keceh alias main air.  Kalau kalian ada waktu buat eksplore mata air menorah itu bisa banget langsungan pagi sampe sore, siap-siap mashok angenn! Next time saya bakal coba buat telisik tiga-tiganya.

Ada yang mau nemenin?

14.10.20

Wisata Swafoto & Pembuatan Film :  Studio Alam Gemplong Yogyakarta

 Habis main ke alam-alam mulu saatnya mencoba mendatangi area yang berbeda, yang juga lagi rame sepertinya di Jogja. Lokasinya ada di daerah Sleman nih, salah satu tempat “wisata dadakan” nya Jogja yang sebenernya adalah properti dan setting-setting film milik production house nya Hanung Bramantyo. Lalu setting-setting tersebut enggak dirubuhkan, melainkan di serahkan ke bupati setempat untuk dikelola dan juga memberdayakan warga sekitarnya. Gitu lah ya kurang lebih prolog asal muasal tempat ini.

[caption id="attachment_3052" align="aligncenter" width="1200"] Welcome to Studio Alam Gamplong[/caption]

Lokasinya memang blusukan ke area desa, menuju Studio Alam Gamplong kalian akan dimanjakan pemandangan ijo-ijo adem deh pokoknya. Kalo dari pusat Kota Jogja, jarak yang harus ditempuh sekitar setengah jam aja kok ga jauh-jauh banget kan. Nah, begitu sampe di lokasi (saat itu sekitar jam 4, saya kira uda kesorean) ternyata matahari masih bersinar dengan panasnya. Yang sebenernya bukan masalah sih, tapi yang bikin masalah adalah kan tempatnya outdoor shaaaay jadi yaa silahkan bertahan diri hahaha tapi asli pada saat itu panasnya khan maen gatau kenapa.

Biaya parkir seikhlasnya, biaya masuk seikhlasnya & sepantasnya. Kalo di salah satu caption postingan Instagram Studio Alam Gamplong sih ngomongnya gini “biaya masuk sepantasnya, tapi kalau dua ribu ya pantasnya ke toilet”, hmm hahaha. Setelah bayar parkir dan tiket masuk seikhlasnya itu, ternyata kita masih di cegat buat bayar lagi HTM seharga 15 ribu untuk masuk ke Museum Bumi Manusia dan Museum Ainun Habibi. Kalau ga masuk museum itu bisa gak? “Bisa mbak tapi ya sekitar sini aja ga bisa masuk-masuk” huahahaha judes binggoo masnya. Lalu kalau kamu bawa kamera DSLR bakal suruh bayar lagi 10 ribu rupiah. Bentar, bentar, ketika kita udah bayar yang seikhlasnya-seikhlasnya itu tadi ternyata masih ada HTM dan biaya lain-lain, kureeeng sih kalau menejemen pertiketannya kaya gini, ribet pol! Sekalian aja kasi HTM di awal berapa gitu dan full acess, gausa embel-embel seikhlasnya dan kata-kata yang kurang enak di caption Instagram haha. Sekedar kritik aja nih ya, sayang banget kalau begini, jadi kurang respect sama pengelola.

Ya, gitu, haha.

[gallery columns="2" size="full" ids="3053,3054,3055,3056"]

Jadi segera lah saya lihat sudut-sudut area ini yang memang settingnya luamayan bagus sih, mungkin serupa Museum Angkut ya kalo di Malang. Museum angkut ala-ala lah, versi murcenya. Setting-setting pertokoan lawas gitu lah yaa intinya. Waktu itu lagi berlangsung persyutingan film sih, jadi kita harus tau diri dan enggak ngeribetin. Agak gimana yaa, disini kita harus tau diri sebagai tamu tapi HTM juga seribet itu hmmm ngomel teroooos.

[caption id="attachment_3057" align="aligncenter" width="735"] Proses pembuatan film waktu itu ~[/caption]

Selain bisa berswafoto ria dan berkonten, kalian bisa kok melipir ke area "resto"nya, suasana jawa gitu ya tempat nongkrongnya. Pokonya setelah ngelewatin si resto ini baru kalian bakal ketemu sama Museum Bumi Manusia, saya sih gak masuk hehe.

[caption id="attachment_3059" align="aligncenter" width="1306"] Area nongki cantiknya[/caption]

Ohya, karena area desa studio ini dikelilingi persawahan dan perkebunan tebu, di dalam ada kedai yang menjajakan minuman serba tebu seperti kopi tebu, coklat tebu, es tebu, dan lain sebagainya. Monggo lah dicoba aja sensasi baru minum tebu, harganya 5000-8000 an aja. Ada juga jajanan gorengan gituuu buat pendamping es tebunya.

[caption id="attachment_3058" align="aligncenter" width="1200"] Es Kopi Tebu, gak seaneh itu kok rasanya, syegerrr~[/caption]

Lokasinya sebenernya menarik, yang bikin males ribetnya hehe. Apalagi bertemu suasana vintage adalah aku bangeeet~ Semoga terbenahi ya, kalo kesini sore-sore aja biar ga terpanggang hehehe.

 

27.9.20

Piknik dengan View Gagahnya Merapi di Embung Manajar Selo, Boyolali

Dari Solo saya langsung bertolak ke Jogja, kangen Angkringan Pak Agus dan jajanan di Pasar Legi Kotagede hahaha. Kalau belum tau kisahnya, bisa klik di One Day In : Kotagede Yogyakarta. Gatau kenapa yah, tahun ini tuh karna sembarang tempat wisata terbatas jadi bermunculan kegiatan piknik. Tidak terkecuali saya dums. Sekitar Jogja dan Jawa Tengah ternyata banyak tempat yang asyik buat di piknikin, salah satunya kalian bisa ke arah dataran tinggi Selo, Boyolali yang diapit gagahnya Merapi dan Merbabu.

[caption id="attachment_3031" align="aligncenter" width="523"] Welcome to New Selo yang syepi[/caption]

Saya berangkat pagi-pagi sekali untuk belanja perbekalan (re : jajanan dan gudeg haha) di Pasar Legi. Menuju ke Selo dari Jogja bisa ditempuh pakai mobil ataupun motor selama kurang lebih satu jam setengah sampai dua jam tergantung kondisi kendaraan juga, pastikan kondisi prima ya karena trek lumayan curam. Kalau kendaraan umum menuju Selo masih belum tau sih, belum ada juga sepertinya. Rute yang saya pakai waktu itu Yogya ke arah Muntilan, lalu langung ke arah Selo deh. Kawasan Selo ini masuk wilayah administratifnya Boyolali, jadi selain via Yogya – Muntilan – Selo , kalian bisa juga berangkat dari Solo via Boyolali.

Nah, sepanjang perjalanan dimanjakan oleh gagahnya Gunung Merapi dan Merbabu. Bikin sedikit-sedikit pingin berhenti saking cantiknya huhu. Tips berangkat sepagi mungkin biar ga kebarengan kendaraan-kendaraan bermuatan dan juga sampai ke Embung Manajarnya masih sepi sehingga nyaman buat berpiknik atau sekedar swafoto disana.

[caption id="attachment_3032" align="alignnone" width="1600"] View Merbabu ketika onteweeeyyy[/caption]

Plang ataupun petunjung menuju Embung Manajar sangat minim, jadi kalau dirasa udah sampe Selo langsung aktifin maps karena gang menuju Embungnya juga kecil. Kalo motor kalian matic dan dirasa kurang punya skill mengemudi di ketinggian dengan baik heummm shombonkk lebih baik sewa ojek dari bawah si. Jalurnya curam, ga jarang ngelihat banyak yang turun darimotor (saat berboncengan) karna gak kuat. Kalo ngojek motor aman, diri juga aman, oke?

Tarif masuknya Cuma 5000 rupiah per kepala bonus hand sanitizer sachet, plus parkir motor 5000 rupiah juga. Dannnn sampailah kita diiii....

[caption id="attachment_3033" align="alignnone" width="1306"] Welcome to Embung Manajar![/caption]

[gallery columns="2" size="full" ids="3035,3036"]

Edan. Bagus banget, bener-bener gagahnya Merapi ada di depan mata! Waktu itu sampai di Embung masih jam sembilan pagi, jadi kondisi masih sepi, udara sejuk, cahaya pas untuk swafoto, suasana belum terik, perfektooo! 

[caption id="attachment_3037" align="alignnone" width="1306"] Cheers! Cerahh~[/caption]

Udah, fotonya dikit aja, yang penting cari spot buat santai dan piknik! Sajian kuliner lokal ditambah mantepnya view waktu itu emang gak ada obat sih, piknik ter-healing tahun ini setelah penat berbulan-bulan dikekang Covid-19.

[gallery columns="2" size="full" ids="3038,3039"]

Ketika menjelang siang mulai banyak wisatawan yang dateng sih, juga penyedia jasa kuda berdatangan. Kalo mau coba keliling embungnya naik kuda, kalian cukup merogoh kocek 30-50 ribu ajah. Suasana mulai rame nih, mulai terik juga. Lanjut berkeliling area Selo oke juga, tapi menurut saya udah terbayarkan disini sih, sehingga saya memutuskan buat ngopi santai di area Selo sebelum memutuskan untuk kembali ke Jogja. Nyeruput kopi merapi dengan udara dinginnya Selo adalah kombinasi yang cakep!

 

23.9.20

Kuliner Enak di Solo, Wajib Coba!

 Masih di misi yang sama yaitu berkeliling sambil icip-icip sajian kuliner lokalnya. Solo atau Surakarta bisa dibilang salah satu rajanya kuliner. Bahkan ada beberapa kuliner yang mungkin belum sama sekali terdengar. Sebenernya yang bikin Solo itu sangat mudah dikunjungi itu karena salah satu poros menuju kota-kota lain baik itu ke Jawa Timur maupun Jawa Barat, banyak trayek bis ataupun kereta menuju Solo.

[caption id="attachment_3010" align="alignnone" width="1600"] Cabuk Rambak[/caption]

Nah, mungkin udah ga asing dong buat denger kuliner Jawa Tengah seperti Gudeg? Kali ini kita gak bakal bahas itu deh. Sesuai janji dipostingan sebelumnya, kali ini saya bakal tulis ragam kuliner yang patut di coba Ala Wawa Yasaruna hahaha. Kalau masalah kuliner memang selalu balik ke selera masing-masing, jadi rekomendasi-rekomendasi ini sifatnya personal ya. Selain masalah rasa, tempat yang nyaman juga indikasi “enak” menurut saya. Ini dia  :

Cari Sarapan di Area Pasar kembang Surakarta

[caption id="attachment_2989" align="alignnone" width="1200"] Sande morneng di Pasar Kembang Surakarta[/caption]

Mungkin masih banyak yang belum tau akan eksistensi Pasar Kembang, beruntungnya saya sampai di Solo mingggu pagi jadi bisa tau keadaan kota ini di Hari Minggu. Beruntungnya lagi, ternyata minggu pagi area parkiran Pasar Kembang disulap menjadi pasar kuliner. Mulai dari jual kudapan sampe makanan berat ada. Mau cari apa? Makanan khas Solo maupun Jawa Tengah lengkap! Pecel gendar 4000 rupiah, cabuk rambak 5000 rupiah, jejenangan 3000 rupiah, bubur terik, soto 5000 rupiah, nasi liwet, maupun jajanan pasar ada semua! Cabuk rambak apasiih? Ketupat yang disiram saus kacang wijen ditambah krupuk puli, ngenyangin pokoknya. Start jam 6 pagi udah lumayan rame, so jangan kesiangan ya.

[caption id="attachment_3011" align="alignnone" width="1200"] Sarapan jenang 3 ecu an, kenyang~[/caption][caption id="attachment_3012" align="alignnone" width="1200"] Cabuk Rambak[/caption]

Jangan Lewatkan Nasi Liwet dan Timlo

Dua makanan yang saya sebut di atas emang udah “Solo banget” jadi mudah banget di cari. Mulai di pasar-pasar tradisional sampe ke ranah restoran ada semua. Tinggal pilih sesuai selera dan budget ya. Kalo mau gampang langsung ke sentra kulinernya Solo kaya Galabo.

[caption id="attachment_3026" align="alignnone" width="1600"] Nasi Liwet pujaan semua orang~[/caption]

My Forever Love, Selat Solo

Makanan khas Solo yang jadi juara satu ala Wawa Yasaruna! Perpaduan kuliner western (steak) yang sudah disesuaikan dengan lidah orang Solo. Istilahnya steak-nya wong jowo lah ya hahaha. Favorit saya adalah selat galatin yang menu utamanya semacam rolade karna saya kurang suka hal-hal berbau daging dan jeroan. Kalo kamu suka daging ataupun lidah pasti suka banget sama selat ini. Yang udah dua kali saya kunjungi nama tempatnya Selat Solo Mbak Lies. Harganya sekitar 20-25 ribu aja, selain selat ada timlo dan sup makaroni juga. Selain endeus, tempatnya otentik abes dipenuhi hiasan-hiasan antik.

[caption id="attachment_3013" align="alignnone" width="1037"] Selat solo & sselat galatin[/caption]

Ngangkring Dong!

[caption id="attachment_3014" align="alignnone" width="1200"] Murah meriah~[/caption]

Menurut saya pribadi, ngangkring di Jawa Tengah itu salah satu hal yang paling saya sukai karena bisa ngobrol sama random people ngalor ngidul. Apalagi kalo posisi sendirian, ngangkring bikin kita jadi ngerasa selalu ada temen ngobrol karena orang Jateng emang seramah itu. Kalo ngerasain angkringan paling murah ya di Semarang, nah kalo di Solo ini angkringannya serupa. Cuman, waktu citywalking yang lalu nemuin satu angkringan yang selalu rame dari jam 6 pagi jadilah saya penasaran. Yaa ternyata memang lengkap banget ragam nasi kucing, lauk pauk, dan jajanannya. Mana murah meriah, 2 nasi kucing, 2 tempe, 1 rolade,  dan teh panas, cuma 10 rebo aja monangissss. Namanya Wedangan Pak Wito, masih di pusat kota kok guiss.

[caption id="attachment_3015" align="alignnone" width="1600"] Selalu ramai[/caption]

Kulineran di Pasar Gede

[caption id="attachment_3016" align="alignnone" width="1306"] Pasar Gede Hardjonagoro[/caption]

Seperti yang udah pernah saya lakuin sebelumnya, kulineran di Pasar Gede gak akan pernah salah. Ngedawet Bu Dermi adalah salah satu yang paling di tunggu ketika ke Solo, yah meskipun agak pricey dari minuman trasidional lain (fyi harganya 10 reboo), tapi emang enak dan selalu ngangenin katanya siih favoitnya Pak Jokowi.

[caption id="attachment_3017" align="alignnone" width="1200"] Dawet Telasih Bu Dermi[/caption]

Selain jajan dawet, yang saya suka dari Pasar Gede adalah jual aneka rempah-rempah dan lengkap! Pecinta wedang nusantara bakal seperti betemu habitatnya haha, saya bawa pulang teh rosella dan wedang uwuh untuk dinikmati di Malang. Oya kuliner lain yang bisa ditemui di Pasar Gede beragam kok dari es plered, tengkleng, soto, nasi liwet, lengjongan, pecel, cabuk rambak, dan lain-lain.

[caption id="attachment_3018" align="alignnone" width="1600"] Wewedangan yang cocok buat buah tangan[/caption]

Bakmi Tophrak

Nah, ini dia. Makanan yang baru saya coba di trip kemarin, Bakmi Ketophrak. Campuran bakmie dan ketoprak yang awalnya di benak saya adalah makanan yang cukup ekstrim hahaha. Gak ngebayangin pol. Ternyata gak seaneh itu kooook. Jadi isiannya yang ada di isian ketoprak kaya tahu, tempe, bihun, ditambah mi kuning dan irisan sosis solo lalu disiram kuah bening yang seger tapi gurih. Selanjutnya ada tetelan dan daging dan juga ditaburi kacang goreng & kerupuk rambak diatasnya. Asliii seger banget, apalagi kalo langsung dicampur irisan lombok dan perasan jeruk nipis. Ditambah lagi nyemil sosis solo lebih niqmat  pemirsaaah, approved! Favorit kedua setelah selat solo.

[caption id="attachment_3020" align="alignnone" width="692"] Juara![/caption]

Yang saya coba kemarin di Bakmi Toprhak Yu Nani di kawasan notosuman, bolela sekalian belanja buah tangan serabi notosuman. Deket ajaaa! Ohya, harganya 18 rebo seporsi dan sosis solonya 3 rebo per buah.

[caption id="attachment_3024" align="alignnone" width="1306"] Bakmi Tophrak Yu Nani[/caption]

Surabi Solo Dongskyy!

[caption id="attachment_3025" align="alignnone" width="1200"] Masih kemebul[/caption]

Meskipun terdengar biasa aja dan saya jarang tertarik mendengar kata surabi tapi teryata surabi solo itu enak, manis dan tipis wkwkwk kemana aja uwoiii. Baru ngerasain surabi notosuman waktu disuguhi Mas Fajar dulu, eh ternyata wenak. Ketika kembali ke Solo beli deeh, meskipun surabi yang pinggir jalan enak kok my favo adalah rasa nangka jodoh banget serabi ketemu nangka hahaha.

Itu dia rekomendasi makanan-makanan enyaak di Solo ala Wawa Yasaruna, kalau ada yang oke lagi boleh banget komen biar saya bisa coba ketika bekunjung ke Solo lagi hehe.

 

 

 

One Day In : Solo, Pengalaman Citywalking!

 Setelah cukup lama terkurung Covid-19 yang mengharuskan kita gak boleh kemana-mana, dan setelah perubahan kebijakan mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai ke tahap new normal. “Normal yang baru” yang juga bearti kita harus terbiasa besiap new survival kit di kala pandemi kaya makser dan hand sanitizer. Warung-warung, tempat hiburan, area wisata mulai dibuka, yang penting syaratnya dengan mematuhi protokol kesehatan. Nyam nyam nyam.

Plus minus sih, travelling di kala pandemi gini hotel-hotel pada diskon bertebaran, sedangkan tarif bus pada naik. Yaaa gakpapa lah ya, balance. Saya memutuskan untuk pergi ke Jawa Tengah & DIY karna dirasa udah lama banget ga berpergian dan me time, juga tes ombak apa aman sih travelling di kala pandemi kaya gini?

Kota yang pertama saya pijak adalah Solo. Emang akan selalu rindu sama Solo karena kotanya sangat pejalan kaki-friendly. Postingan terkait Solo bisa cek di One Day In Solo, One Day in Solo Part II,  Museum Kontemporer.

[caption id="attachment_3007" align="alignnone" width="1037"] Benteng Vastenburg[/caption]

Niatnya sih emang mau full kulineran, ternyata lumayan menyenangka n untuk citywalking di Solo karena ; pedestrian sangat nyaman dan lebar, bangunan heritage masih buanyak, pusat kota banyak tempat wisata dan bersejarah, dan juga kuliner otentiknya melimpah ruah!

Rute yang bisa kalian contoh adalah start di area Keprabon karna saya nginep disana lalu cari sarapan ke area Pasar Kembang kurang lebih satu kilometer, lanjut jalan-jalan ke area Citywalk (area Pasar Singosaren) yang banyak mural dan gegambaran di dindingnya, lanjut ke area perkampungan Kauman yang ada banyak bangunan heritage dan juga area penghasil batik. Diikutin anak-anak kecil dari area citywalk ternyata lalu ketemu di area kampung kauman. Kowe kok mlaku dhewe to mbak raenek kancane? Huahaha.

[caption id="attachment_2989" align="alignnone" width="1200"] Penjajak Kuliner Pasar Kembang, Sarapaaaaan![/caption]

[gallery size="full" ids="2994,2995,2993,2992,2991,2990"]

[caption id="attachment_2996" align="aligncenter" width="1024"] Salah satu sudut Kampung Kauman[/caption][caption id="attachment_2998" align="aligncenter" width="980"] The Bocahs[/caption][caption id="attachment_3003" align="alignnone" width="1257"] DIfotoin the bocahs[/caption]

Sampe situ istirahato dulu. Kalok ditotal ada sekitar 3 kilometer kita berjalan-jalan. Lalu lanjot cobain Batik Trans Solo (BTS) karena free sampai akhir taun 2020. Waktu itu saya juga kaget, lakok gak mbayar iki kepiye? Ternyata gretonggg. Dan juga ternyata Pak Gandjar baru aja meluncurkan Trans Jateng dengan rute Terminal Tirtonadi – Sangiran – Sumber Lawang PP. Jadi kita bisa mampir ke Museum Sangiran hanya dengan bayar Trans Jateng sebesar 4000 rupiah aja. Naiknya dai terminal Tirtonadi aja, kalau dai pusat kota naik sektor III oper ke sektor IV jurusan terminal Tirtonadi.

[caption id="attachment_2997" align="aligncenter" width="1306"] Ini diaaa Trans Jateng[/caption]

Zonknya adalah ketika ternyata gak berhenti di Museum Sangiran, Cuma sampe halte sangiran yang mana masih sekilo menuju museum. Hufft, gitu di rute ditulis kalau berhenti di Museum Sangiran. Untungnya dari awal naik di Terminal Tirtonadi Kebarengan Mbak Dira dan temennya (maap lupa namanyaa) jadilah bisa turun & balik barng. Jadilah balik kucing ke kota dan muter-muter pake BTS dari ujung ke ujung biar apal area-area Solo haha.

[caption id="attachment_2999" align="aligncenter" width="1600"] Barengan Nyasaaar~

Sorenya kembali jalan kaki buat icip Bakmi Toprak yang bener-bener baru dengar namanya, dari Kerabon sekitar 750meter ajah, jalan sore menyenangkan. Untuk rekkomendasi-rekomendasi kuliner bakal saya rangkum di postingan selanjutnya yaw!

Sore-sore paling asyik jalan sekitaran kota lagi, naik BTS bisa turun di halte kantor pos buat menuju Halte Vastenburg dan lanjut jalan ke area keraton. Di deket area keraton bisa jalan lurus lagi ke area pasar klewer buat cari oleh-oleh. Jadi citywalk bisa dipermudah dengan adanya BTS apalagi lagi gratis, bisa naik berkali-kali. Bahkan untuk sektor IV ngelewatin Colomadu yang pernah saya ceritakan terkait main ke Solo sebelumnya.

[gallery columns="2" size="full" ids="3000,3001"]

Kulineran, ngangkring, blusukan ke Pasar adalah passionkuuu.

Huhu love banget sama Surakarta! I’ll back again and again.