31.10.20

Dusun Butuh Kaliangkrik, Nepal Van Javanya Magelang

Fyuh. Selepas dari Jogja saya melanjutkan perjalanan menuju Magelang, kota kecil yang juga sangat gak asing akan masa kecil saya. Cukup lama di Magelang dan gak berekspektasi bakal bisa berkunjung ke area-area untuk menyendiri. Eng ing eng, salah total dong, jangan ragukan keajaiban internet dan medsos. Ternyata ajibnya Magelang baru-baru ini mulai banyak diakui di wilayah pelancong Jawa Tengah dan sekitarnya khususnya kawasan Kaliangkrik. Lebih tepatnya lagi, kawasan Kaki Gunung Sumbing

Area Kaliangkrik bisa ditempuh dari tengah Kota Magelang kurang lebih 30-45 menit saja, tapi plis kalau kendaraan kalian gak memadai jangan coba-coba kesini ya curam batsss. Dusun Butuh Kaliangkrik yang mana juga merupakan salah satu basecamp pendakian menuju Gunung Sumbing via Magelang. Baru-baru ini area Dusun Kaliangkrik lumayan kondang lewat julukannya sebagai “Nepal Van Java” karena perkampungan padatnya dan juga pemandangan megahnya Gunung Sumbing dibaliknya. Memang sih terlihat lebih “Nepal” ketika foto/video dibidik lewat drone, indah banget! Tapi gada salahnya dong kalo kita kesana buat lihat lewat mata kepala sendiri hehe.

Beginilah kalau via drone
Berangkat menuju Kaliangkrik udah sore gitu sih jam empatan, ga expect bakal bisa lihat pemandangan yang gimana-gimana karna pasti udah deket sama petang. Kali ini gak sendiri, tapi sama mas karena kebetulan saya dan mas lagi sama-sama di Magelang. Jarang-jarang bro-sis ini bisa pergi bareng bahkan ketika di Malang sekalipun.

[caption id="attachment_3076" align="alignnone" width="1306"] Dari sisi tempat rahasiyaaa~[/caption][caption id="attachment_3080" align="alignnone" width="1600"] Tempat spot foto rangorang ft Gunung Sumbing yang ketutup kabut[/caption]

Memasuki kawasan Nepal Van Java kita cukup merogoh kocek 3000 rupiah saja tuntuk tiket masuk dan 2000 rupiah untuk biaya parkirnya. Beruntungnya sampai di Desa Butuh masih terang dan masih bisa ngelihat indahnya pemandangan sembari melipir ke tempat yang sepi karena di area tiket masuk dan seterusnya padat orang. Begitulah kalau kawasan udah viral yeu. Kita berdua langsung ambil gambar gak lama-lama lah, meskipun banyak yang enggak kebidik tapi emang sebagus itu! Desanya emang di atas awan!

[caption id="attachment_3078" align="alignnone" width="1600"] Beginilah~[/caption]

Setelah itu baru deh coba keliling area “Nepal Van Java”nya alias perkampungannya, terlihat Desa Butuh ini cukup kaget dalam pengelolaan wisatanya. Intinya warga sini belum begitu siap lah kalau desanya menjadi kawasan wisata dadakan terbukti dari minimnya warung dan tempat istirahat lainnya. Tapi ya gitu, ambience desanya masih sangat kental, warganya ramah-ramah banget. Kami berkeliling cukup singkat karena hari sudah mulai gelap.

[caption id="attachment_3079" align="alignnone" width="1600"] Mulai gelap dan berkabut~[/caption]

Ohya, medannya memang sebahaya itu sih buat yang pake matic, pikir-pikir lagi lah kalau kesana. Karena waktu turun udah gelap juga, kami berdua hampir blong rem sumpah gamau bayangin kejadian itu, untungnya akamsi setempat memang sigap dan dibagi tugas untuk selalu cek pengunjung ketika naik maupun turun. Setelah menunggu rem yang panas total, kami dianter akamsi sampai Pasar Kaliangkrik. Fyuhh~ 

28.10.20

Seger-Segeran di Air Terjun Kembang Soka

 Tau sendiri lah yaa kalau Jogja itu panasnya khan maen. Waktu itu merenung dan mikir, siang-siang cari yang seger-seger enak kaliyaaa. Lalu nemu lah tempat pemandian yang oke namanya Sungai Mudal, di kawasan Kulonprogo. Kalo dari pusat Jogja, sekitar satu jam perjalanan menuju area Sungai Mudal Kulonprogo ini.

[caption id="attachment_3069" align="aligncenter" width="1306"] Air Terjun Kembang Soka[/caption]

Lalu berangkatlah saya bada duhur gitu agar sampe sana siang masih terik dan enak dibuat nyebur. Bener aja emang sejam lah yaa dari Jogja, ga kurang ga lebih.  Nah, waktu itu saya ke area pintu masuk satu Sungai Mudal. Sudah mencari info pastinya sebelum berangkat, tapi kok suepi loket sampai warung.

Hmm…

Lalu ada bapak-bapak keluar warung dan bilang, tutup mbak. Lah, perasaan uda cari info kalo era new normal tetep buka, ternyata ada salah satu warga yang rumahnya dekat area loket masuk Sungai Mudal yang meninggal jadi hari itu tutup dadakan. Okelaaaah. Tapi bapak tersebut ngasi solusi, di bawah Sungai Mudal masih ada dua kawasan yang juga sumber mata air yaitu Kembang Soka dan Kedung Pedut jadi kita bisa melipir ke salah satu lokasi tersebut. Oke cauw!

[caption id="attachment_3070" align="alignnone" width="1306"] Welkamm![/caption]

Jadi urutannya itu mata air pertama (paling atas) itu Sungai Mudal, Lanjut Kembang Soka, dan paling bawah ada Kedung Pedut. Saya langsung bertolak ke Kembang Soka, lumayan rame mungkin karna Mudal lagi tutup ya. Airnya jernih, dan ada dua kolam alami tinggal pilih aja. Cuma yaa waktu itu ternyata sampe sana menjelang ashar sih, jadi mengurungkan niat buat selulup di situ karna pertimbangan waktu. Akhirnya bersantai sambil mamam indomiee!

Meskipun ga nyebur tapi uda ngerasain segernya dengan cara keceh alias main air.  Kalau kalian ada waktu buat eksplore mata air menorah itu bisa banget langsungan pagi sampe sore, siap-siap mashok angenn! Next time saya bakal coba buat telisik tiga-tiganya.

Ada yang mau nemenin?

14.10.20

Wisata Swafoto & Pembuatan Film :  Studio Alam Gemplong Yogyakarta

 Habis main ke alam-alam mulu saatnya mencoba mendatangi area yang berbeda, yang juga lagi rame sepertinya di Jogja. Lokasinya ada di daerah Sleman nih, salah satu tempat “wisata dadakan” nya Jogja yang sebenernya adalah properti dan setting-setting film milik production house nya Hanung Bramantyo. Lalu setting-setting tersebut enggak dirubuhkan, melainkan di serahkan ke bupati setempat untuk dikelola dan juga memberdayakan warga sekitarnya. Gitu lah ya kurang lebih prolog asal muasal tempat ini.

[caption id="attachment_3052" align="aligncenter" width="1200"] Welcome to Studio Alam Gamplong[/caption]

Lokasinya memang blusukan ke area desa, menuju Studio Alam Gamplong kalian akan dimanjakan pemandangan ijo-ijo adem deh pokoknya. Kalo dari pusat Kota Jogja, jarak yang harus ditempuh sekitar setengah jam aja kok ga jauh-jauh banget kan. Nah, begitu sampe di lokasi (saat itu sekitar jam 4, saya kira uda kesorean) ternyata matahari masih bersinar dengan panasnya. Yang sebenernya bukan masalah sih, tapi yang bikin masalah adalah kan tempatnya outdoor shaaaay jadi yaa silahkan bertahan diri hahaha tapi asli pada saat itu panasnya khan maen gatau kenapa.

Biaya parkir seikhlasnya, biaya masuk seikhlasnya & sepantasnya. Kalo di salah satu caption postingan Instagram Studio Alam Gamplong sih ngomongnya gini “biaya masuk sepantasnya, tapi kalau dua ribu ya pantasnya ke toilet”, hmm hahaha. Setelah bayar parkir dan tiket masuk seikhlasnya itu, ternyata kita masih di cegat buat bayar lagi HTM seharga 15 ribu untuk masuk ke Museum Bumi Manusia dan Museum Ainun Habibi. Kalau ga masuk museum itu bisa gak? “Bisa mbak tapi ya sekitar sini aja ga bisa masuk-masuk” huahahaha judes binggoo masnya. Lalu kalau kamu bawa kamera DSLR bakal suruh bayar lagi 10 ribu rupiah. Bentar, bentar, ketika kita udah bayar yang seikhlasnya-seikhlasnya itu tadi ternyata masih ada HTM dan biaya lain-lain, kureeeng sih kalau menejemen pertiketannya kaya gini, ribet pol! Sekalian aja kasi HTM di awal berapa gitu dan full acess, gausa embel-embel seikhlasnya dan kata-kata yang kurang enak di caption Instagram haha. Sekedar kritik aja nih ya, sayang banget kalau begini, jadi kurang respect sama pengelola.

Ya, gitu, haha.

[gallery columns="2" size="full" ids="3053,3054,3055,3056"]

Jadi segera lah saya lihat sudut-sudut area ini yang memang settingnya luamayan bagus sih, mungkin serupa Museum Angkut ya kalo di Malang. Museum angkut ala-ala lah, versi murcenya. Setting-setting pertokoan lawas gitu lah yaa intinya. Waktu itu lagi berlangsung persyutingan film sih, jadi kita harus tau diri dan enggak ngeribetin. Agak gimana yaa, disini kita harus tau diri sebagai tamu tapi HTM juga seribet itu hmmm ngomel teroooos.

[caption id="attachment_3057" align="aligncenter" width="735"] Proses pembuatan film waktu itu ~[/caption]

Selain bisa berswafoto ria dan berkonten, kalian bisa kok melipir ke area "resto"nya, suasana jawa gitu ya tempat nongkrongnya. Pokonya setelah ngelewatin si resto ini baru kalian bakal ketemu sama Museum Bumi Manusia, saya sih gak masuk hehe.

[caption id="attachment_3059" align="aligncenter" width="1306"] Area nongki cantiknya[/caption]

Ohya, karena area desa studio ini dikelilingi persawahan dan perkebunan tebu, di dalam ada kedai yang menjajakan minuman serba tebu seperti kopi tebu, coklat tebu, es tebu, dan lain sebagainya. Monggo lah dicoba aja sensasi baru minum tebu, harganya 5000-8000 an aja. Ada juga jajanan gorengan gituuu buat pendamping es tebunya.

[caption id="attachment_3058" align="aligncenter" width="1200"] Es Kopi Tebu, gak seaneh itu kok rasanya, syegerrr~[/caption]

Lokasinya sebenernya menarik, yang bikin males ribetnya hehe. Apalagi bertemu suasana vintage adalah aku bangeeet~ Semoga terbenahi ya, kalo kesini sore-sore aja biar ga terpanggang hehehe.