27.9.20

Piknik dengan View Gagahnya Merapi di Embung Manajar Selo, Boyolali

Dari Solo saya langsung bertolak ke Jogja, kangen Angkringan Pak Agus dan jajanan di Pasar Legi Kotagede hahaha. Kalau belum tau kisahnya, bisa klik di One Day In : Kotagede Yogyakarta. Gatau kenapa yah, tahun ini tuh karna sembarang tempat wisata terbatas jadi bermunculan kegiatan piknik. Tidak terkecuali saya dums. Sekitar Jogja dan Jawa Tengah ternyata banyak tempat yang asyik buat di piknikin, salah satunya kalian bisa ke arah dataran tinggi Selo, Boyolali yang diapit gagahnya Merapi dan Merbabu.

[caption id="attachment_3031" align="aligncenter" width="523"] Welcome to New Selo yang syepi[/caption]

Saya berangkat pagi-pagi sekali untuk belanja perbekalan (re : jajanan dan gudeg haha) di Pasar Legi. Menuju ke Selo dari Jogja bisa ditempuh pakai mobil ataupun motor selama kurang lebih satu jam setengah sampai dua jam tergantung kondisi kendaraan juga, pastikan kondisi prima ya karena trek lumayan curam. Kalau kendaraan umum menuju Selo masih belum tau sih, belum ada juga sepertinya. Rute yang saya pakai waktu itu Yogya ke arah Muntilan, lalu langung ke arah Selo deh. Kawasan Selo ini masuk wilayah administratifnya Boyolali, jadi selain via Yogya – Muntilan – Selo , kalian bisa juga berangkat dari Solo via Boyolali.

Nah, sepanjang perjalanan dimanjakan oleh gagahnya Gunung Merapi dan Merbabu. Bikin sedikit-sedikit pingin berhenti saking cantiknya huhu. Tips berangkat sepagi mungkin biar ga kebarengan kendaraan-kendaraan bermuatan dan juga sampai ke Embung Manajarnya masih sepi sehingga nyaman buat berpiknik atau sekedar swafoto disana.

[caption id="attachment_3032" align="alignnone" width="1600"] View Merbabu ketika onteweeeyyy[/caption]

Plang ataupun petunjung menuju Embung Manajar sangat minim, jadi kalau dirasa udah sampe Selo langsung aktifin maps karena gang menuju Embungnya juga kecil. Kalo motor kalian matic dan dirasa kurang punya skill mengemudi di ketinggian dengan baik heummm shombonkk lebih baik sewa ojek dari bawah si. Jalurnya curam, ga jarang ngelihat banyak yang turun darimotor (saat berboncengan) karna gak kuat. Kalo ngojek motor aman, diri juga aman, oke?

Tarif masuknya Cuma 5000 rupiah per kepala bonus hand sanitizer sachet, plus parkir motor 5000 rupiah juga. Dannnn sampailah kita diiii....

[caption id="attachment_3033" align="alignnone" width="1306"] Welcome to Embung Manajar![/caption]

[gallery columns="2" size="full" ids="3035,3036"]

Edan. Bagus banget, bener-bener gagahnya Merapi ada di depan mata! Waktu itu sampai di Embung masih jam sembilan pagi, jadi kondisi masih sepi, udara sejuk, cahaya pas untuk swafoto, suasana belum terik, perfektooo! 

[caption id="attachment_3037" align="alignnone" width="1306"] Cheers! Cerahh~[/caption]

Udah, fotonya dikit aja, yang penting cari spot buat santai dan piknik! Sajian kuliner lokal ditambah mantepnya view waktu itu emang gak ada obat sih, piknik ter-healing tahun ini setelah penat berbulan-bulan dikekang Covid-19.

[gallery columns="2" size="full" ids="3038,3039"]

Ketika menjelang siang mulai banyak wisatawan yang dateng sih, juga penyedia jasa kuda berdatangan. Kalo mau coba keliling embungnya naik kuda, kalian cukup merogoh kocek 30-50 ribu ajah. Suasana mulai rame nih, mulai terik juga. Lanjut berkeliling area Selo oke juga, tapi menurut saya udah terbayarkan disini sih, sehingga saya memutuskan buat ngopi santai di area Selo sebelum memutuskan untuk kembali ke Jogja. Nyeruput kopi merapi dengan udara dinginnya Selo adalah kombinasi yang cakep!

 

23.9.20

Kuliner Enak di Solo, Wajib Coba!

 Masih di misi yang sama yaitu berkeliling sambil icip-icip sajian kuliner lokalnya. Solo atau Surakarta bisa dibilang salah satu rajanya kuliner. Bahkan ada beberapa kuliner yang mungkin belum sama sekali terdengar. Sebenernya yang bikin Solo itu sangat mudah dikunjungi itu karena salah satu poros menuju kota-kota lain baik itu ke Jawa Timur maupun Jawa Barat, banyak trayek bis ataupun kereta menuju Solo.

[caption id="attachment_3010" align="alignnone" width="1600"] Cabuk Rambak[/caption]

Nah, mungkin udah ga asing dong buat denger kuliner Jawa Tengah seperti Gudeg? Kali ini kita gak bakal bahas itu deh. Sesuai janji dipostingan sebelumnya, kali ini saya bakal tulis ragam kuliner yang patut di coba Ala Wawa Yasaruna hahaha. Kalau masalah kuliner memang selalu balik ke selera masing-masing, jadi rekomendasi-rekomendasi ini sifatnya personal ya. Selain masalah rasa, tempat yang nyaman juga indikasi “enak” menurut saya. Ini dia  :

Cari Sarapan di Area Pasar kembang Surakarta

[caption id="attachment_2989" align="alignnone" width="1200"] Sande morneng di Pasar Kembang Surakarta[/caption]

Mungkin masih banyak yang belum tau akan eksistensi Pasar Kembang, beruntungnya saya sampai di Solo mingggu pagi jadi bisa tau keadaan kota ini di Hari Minggu. Beruntungnya lagi, ternyata minggu pagi area parkiran Pasar Kembang disulap menjadi pasar kuliner. Mulai dari jual kudapan sampe makanan berat ada. Mau cari apa? Makanan khas Solo maupun Jawa Tengah lengkap! Pecel gendar 4000 rupiah, cabuk rambak 5000 rupiah, jejenangan 3000 rupiah, bubur terik, soto 5000 rupiah, nasi liwet, maupun jajanan pasar ada semua! Cabuk rambak apasiih? Ketupat yang disiram saus kacang wijen ditambah krupuk puli, ngenyangin pokoknya. Start jam 6 pagi udah lumayan rame, so jangan kesiangan ya.

[caption id="attachment_3011" align="alignnone" width="1200"] Sarapan jenang 3 ecu an, kenyang~[/caption][caption id="attachment_3012" align="alignnone" width="1200"] Cabuk Rambak[/caption]

Jangan Lewatkan Nasi Liwet dan Timlo

Dua makanan yang saya sebut di atas emang udah “Solo banget” jadi mudah banget di cari. Mulai di pasar-pasar tradisional sampe ke ranah restoran ada semua. Tinggal pilih sesuai selera dan budget ya. Kalo mau gampang langsung ke sentra kulinernya Solo kaya Galabo.

[caption id="attachment_3026" align="alignnone" width="1600"] Nasi Liwet pujaan semua orang~[/caption]

My Forever Love, Selat Solo

Makanan khas Solo yang jadi juara satu ala Wawa Yasaruna! Perpaduan kuliner western (steak) yang sudah disesuaikan dengan lidah orang Solo. Istilahnya steak-nya wong jowo lah ya hahaha. Favorit saya adalah selat galatin yang menu utamanya semacam rolade karna saya kurang suka hal-hal berbau daging dan jeroan. Kalo kamu suka daging ataupun lidah pasti suka banget sama selat ini. Yang udah dua kali saya kunjungi nama tempatnya Selat Solo Mbak Lies. Harganya sekitar 20-25 ribu aja, selain selat ada timlo dan sup makaroni juga. Selain endeus, tempatnya otentik abes dipenuhi hiasan-hiasan antik.

[caption id="attachment_3013" align="alignnone" width="1037"] Selat solo & sselat galatin[/caption]

Ngangkring Dong!

[caption id="attachment_3014" align="alignnone" width="1200"] Murah meriah~[/caption]

Menurut saya pribadi, ngangkring di Jawa Tengah itu salah satu hal yang paling saya sukai karena bisa ngobrol sama random people ngalor ngidul. Apalagi kalo posisi sendirian, ngangkring bikin kita jadi ngerasa selalu ada temen ngobrol karena orang Jateng emang seramah itu. Kalo ngerasain angkringan paling murah ya di Semarang, nah kalo di Solo ini angkringannya serupa. Cuman, waktu citywalking yang lalu nemuin satu angkringan yang selalu rame dari jam 6 pagi jadilah saya penasaran. Yaa ternyata memang lengkap banget ragam nasi kucing, lauk pauk, dan jajanannya. Mana murah meriah, 2 nasi kucing, 2 tempe, 1 rolade,  dan teh panas, cuma 10 rebo aja monangissss. Namanya Wedangan Pak Wito, masih di pusat kota kok guiss.

[caption id="attachment_3015" align="alignnone" width="1600"] Selalu ramai[/caption]

Kulineran di Pasar Gede

[caption id="attachment_3016" align="alignnone" width="1306"] Pasar Gede Hardjonagoro[/caption]

Seperti yang udah pernah saya lakuin sebelumnya, kulineran di Pasar Gede gak akan pernah salah. Ngedawet Bu Dermi adalah salah satu yang paling di tunggu ketika ke Solo, yah meskipun agak pricey dari minuman trasidional lain (fyi harganya 10 reboo), tapi emang enak dan selalu ngangenin katanya siih favoitnya Pak Jokowi.

[caption id="attachment_3017" align="alignnone" width="1200"] Dawet Telasih Bu Dermi[/caption]

Selain jajan dawet, yang saya suka dari Pasar Gede adalah jual aneka rempah-rempah dan lengkap! Pecinta wedang nusantara bakal seperti betemu habitatnya haha, saya bawa pulang teh rosella dan wedang uwuh untuk dinikmati di Malang. Oya kuliner lain yang bisa ditemui di Pasar Gede beragam kok dari es plered, tengkleng, soto, nasi liwet, lengjongan, pecel, cabuk rambak, dan lain-lain.

[caption id="attachment_3018" align="alignnone" width="1600"] Wewedangan yang cocok buat buah tangan[/caption]

Bakmi Tophrak

Nah, ini dia. Makanan yang baru saya coba di trip kemarin, Bakmi Ketophrak. Campuran bakmie dan ketoprak yang awalnya di benak saya adalah makanan yang cukup ekstrim hahaha. Gak ngebayangin pol. Ternyata gak seaneh itu kooook. Jadi isiannya yang ada di isian ketoprak kaya tahu, tempe, bihun, ditambah mi kuning dan irisan sosis solo lalu disiram kuah bening yang seger tapi gurih. Selanjutnya ada tetelan dan daging dan juga ditaburi kacang goreng & kerupuk rambak diatasnya. Asliii seger banget, apalagi kalo langsung dicampur irisan lombok dan perasan jeruk nipis. Ditambah lagi nyemil sosis solo lebih niqmat  pemirsaaah, approved! Favorit kedua setelah selat solo.

[caption id="attachment_3020" align="alignnone" width="692"] Juara![/caption]

Yang saya coba kemarin di Bakmi Toprhak Yu Nani di kawasan notosuman, bolela sekalian belanja buah tangan serabi notosuman. Deket ajaaa! Ohya, harganya 18 rebo seporsi dan sosis solonya 3 rebo per buah.

[caption id="attachment_3024" align="alignnone" width="1306"] Bakmi Tophrak Yu Nani[/caption]

Surabi Solo Dongskyy!

[caption id="attachment_3025" align="alignnone" width="1200"] Masih kemebul[/caption]

Meskipun terdengar biasa aja dan saya jarang tertarik mendengar kata surabi tapi teryata surabi solo itu enak, manis dan tipis wkwkwk kemana aja uwoiii. Baru ngerasain surabi notosuman waktu disuguhi Mas Fajar dulu, eh ternyata wenak. Ketika kembali ke Solo beli deeh, meskipun surabi yang pinggir jalan enak kok my favo adalah rasa nangka jodoh banget serabi ketemu nangka hahaha.

Itu dia rekomendasi makanan-makanan enyaak di Solo ala Wawa Yasaruna, kalau ada yang oke lagi boleh banget komen biar saya bisa coba ketika bekunjung ke Solo lagi hehe.

 

 

 

One Day In : Solo, Pengalaman Citywalking!

 Setelah cukup lama terkurung Covid-19 yang mengharuskan kita gak boleh kemana-mana, dan setelah perubahan kebijakan mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai ke tahap new normal. “Normal yang baru” yang juga bearti kita harus terbiasa besiap new survival kit di kala pandemi kaya makser dan hand sanitizer. Warung-warung, tempat hiburan, area wisata mulai dibuka, yang penting syaratnya dengan mematuhi protokol kesehatan. Nyam nyam nyam.

Plus minus sih, travelling di kala pandemi gini hotel-hotel pada diskon bertebaran, sedangkan tarif bus pada naik. Yaaa gakpapa lah ya, balance. Saya memutuskan untuk pergi ke Jawa Tengah & DIY karna dirasa udah lama banget ga berpergian dan me time, juga tes ombak apa aman sih travelling di kala pandemi kaya gini?

Kota yang pertama saya pijak adalah Solo. Emang akan selalu rindu sama Solo karena kotanya sangat pejalan kaki-friendly. Postingan terkait Solo bisa cek di One Day In Solo, One Day in Solo Part II,  Museum Kontemporer.

[caption id="attachment_3007" align="alignnone" width="1037"] Benteng Vastenburg[/caption]

Niatnya sih emang mau full kulineran, ternyata lumayan menyenangka n untuk citywalking di Solo karena ; pedestrian sangat nyaman dan lebar, bangunan heritage masih buanyak, pusat kota banyak tempat wisata dan bersejarah, dan juga kuliner otentiknya melimpah ruah!

Rute yang bisa kalian contoh adalah start di area Keprabon karna saya nginep disana lalu cari sarapan ke area Pasar Kembang kurang lebih satu kilometer, lanjut jalan-jalan ke area Citywalk (area Pasar Singosaren) yang banyak mural dan gegambaran di dindingnya, lanjut ke area perkampungan Kauman yang ada banyak bangunan heritage dan juga area penghasil batik. Diikutin anak-anak kecil dari area citywalk ternyata lalu ketemu di area kampung kauman. Kowe kok mlaku dhewe to mbak raenek kancane? Huahaha.

[caption id="attachment_2989" align="alignnone" width="1200"] Penjajak Kuliner Pasar Kembang, Sarapaaaaan![/caption]

[gallery size="full" ids="2994,2995,2993,2992,2991,2990"]

[caption id="attachment_2996" align="aligncenter" width="1024"] Salah satu sudut Kampung Kauman[/caption][caption id="attachment_2998" align="aligncenter" width="980"] The Bocahs[/caption][caption id="attachment_3003" align="alignnone" width="1257"] DIfotoin the bocahs[/caption]

Sampe situ istirahato dulu. Kalok ditotal ada sekitar 3 kilometer kita berjalan-jalan. Lalu lanjot cobain Batik Trans Solo (BTS) karena free sampai akhir taun 2020. Waktu itu saya juga kaget, lakok gak mbayar iki kepiye? Ternyata gretonggg. Dan juga ternyata Pak Gandjar baru aja meluncurkan Trans Jateng dengan rute Terminal Tirtonadi – Sangiran – Sumber Lawang PP. Jadi kita bisa mampir ke Museum Sangiran hanya dengan bayar Trans Jateng sebesar 4000 rupiah aja. Naiknya dai terminal Tirtonadi aja, kalau dai pusat kota naik sektor III oper ke sektor IV jurusan terminal Tirtonadi.

[caption id="attachment_2997" align="aligncenter" width="1306"] Ini diaaa Trans Jateng[/caption]

Zonknya adalah ketika ternyata gak berhenti di Museum Sangiran, Cuma sampe halte sangiran yang mana masih sekilo menuju museum. Hufft, gitu di rute ditulis kalau berhenti di Museum Sangiran. Untungnya dari awal naik di Terminal Tirtonadi Kebarengan Mbak Dira dan temennya (maap lupa namanyaa) jadilah bisa turun & balik barng. Jadilah balik kucing ke kota dan muter-muter pake BTS dari ujung ke ujung biar apal area-area Solo haha.

[caption id="attachment_2999" align="aligncenter" width="1600"] Barengan Nyasaaar~

Sorenya kembali jalan kaki buat icip Bakmi Toprak yang bener-bener baru dengar namanya, dari Kerabon sekitar 750meter ajah, jalan sore menyenangkan. Untuk rekkomendasi-rekomendasi kuliner bakal saya rangkum di postingan selanjutnya yaw!

Sore-sore paling asyik jalan sekitaran kota lagi, naik BTS bisa turun di halte kantor pos buat menuju Halte Vastenburg dan lanjut jalan ke area keraton. Di deket area keraton bisa jalan lurus lagi ke area pasar klewer buat cari oleh-oleh. Jadi citywalk bisa dipermudah dengan adanya BTS apalagi lagi gratis, bisa naik berkali-kali. Bahkan untuk sektor IV ngelewatin Colomadu yang pernah saya ceritakan terkait main ke Solo sebelumnya.

[gallery columns="2" size="full" ids="3000,3001"]

Kulineran, ngangkring, blusukan ke Pasar adalah passionkuuu.

Huhu love banget sama Surakarta! I’ll back again and again.